Toko Sosmed
Klik Di Sini Melihat Koleksi Ebook Karya Arda Dinata Lainnya

A Group Member of:
Toko SosmedToko SosmedToko SosmedWWW.ARDADINATA.COMWWW.ARDADINATA.COMInSanitarianMIQRA INDONESIA


Festival Ngarot Lelea

Oleh: Arda Dinata

INSPIRASI INDRAMAYU"Budaya sejati tidak lahir dari kemegahan istana, melainkan dari ketulusan hati rakyat yang merawat tradisi dengan penuh cinta dan konsistensi."

Bayangkan sebuah pertunjukan sirkus yang paling aneh di dunia. Di tengah ring utama, berdiri seorang dalang muda yang tak lagi memegang wayang kulit, melainkan smartphone. Di sekelilingnya, para penonton bukan duduk di kursi kayu tradisional, melainkan berdiri sambil megang gawai, sibuk hunting konten untuk story Instagram.

Ironis memang. Di era digital yang serba instant ini, budaya tradisional seolah menjadi tontonan yang lebih sering dipamerkan ketimbang dihayati. Seperti sinetron yang tayang hanya untuk rating, bukan untuk pesan moral.

Namun, di sudut Indramayu yang damai, tepatnya di SMKN 1 Lelea, tengah terjadi pertunjukan yang berbeda. Bukan sirkus digital yang menghibur sejenak, melainkan festival budaya yang menggugah jiwa dan membangun karakter.

Festival Ngarot SMKN 1 Lelea bukan sekadar acara seremonial yang megah-megahan. Ia adalah manifestasi dari filosofi "dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" yang diterjemahkan dalam bahasa generasi milenial dan Gen-Z.

Ngarot, dalam bahasa Sunda, berarti bergotong royong atau bekerja sama. Bukan istilah yang asing bagi masyarakat Jawa Barat, namun semakin langka dipraktikkan dalam keseharian. Seperti wayang orang yang hanya muncul di acara-acara resmi, nilai ngarot perlahan tergerus oleh individualisme urban.

Data Badan Pusat Statistik (2023) menunjukkan bahwa 67% remaja Indonesia lebih mengenal tokoh superhero Marvel ketimbang tokoh pewayangan tradisional. Ironi yang menyakitkan, seperti menonton sinetron India sambil melupakan cerita Mahabharata versi Jawa.

Di sinilah keunikan Festival Ngarot Lelea. Mereka tidak memamerkan budaya sebagai pajangan museum, melainkan sebagai jiwa yang hidup dan bernafas dalam aktivitas sehari-hari siswa.

Job Fair yang diselenggarakan bukan sekadar pameran profesi. Ia menjadi panggung dimana nilai-nilai ngarot dipraktikkan. Siswa belajar berkolaborasi, saling mendukung, dan membangun jejaring dengan semangat kekeluargaan yang kental.

Festival Ngarot kemudian menjadi klimaks dimana seluruh nilai itu ditampilkan dalam bentuk pertunjukan yang menghibur sekaligus mendidik. Bukan sekadar pentas seni yang artifisial, melainkan refleksi dari proses pembelajaran yang autentik.

Bulan Bahasa yang diadakan bersamaan menjadi pengingat bahwa bahasa adalah rumah bagi budaya. Ketika bahasa daerah mulai ditinggalkan, maka punahlah setengah dari identitas suatu bangsa.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diintegrasikan dalam festival ini menunjukkan bahwa budaya tradisional dan pendidikan modern bukan dua hal yang bertentangan. Keduanya bisa berdansa bersama dalam harmoni yang indah.

Saya teringat masa kecil di kampung, ketika acara ngarot masih menjadi tradisi yang sakral. Setiap akan membangun rumah atau menggarap sawah, seluruh kampung bergotong royong tanpa pamrih. Tidak ada yang bertanya soal upah atau imbalan.

Kini, tradisi itu hampir punah. Digantikan oleh sistem upah harian yang transaksional. Gotong royong berubah menjadi jual beli jasa. Solidaritas sosial tergerus oleh pragmatisme ekonomi.

Festival Ngarot Lelea hadir seperti oasis di tengah gurun modernitas yang gersang. Ia mengingatkan kita bahwa masih ada generasi muda yang peduli pada warisan leluhur, bukan sekadar sebagai pajangan, melainkan sebagai panduan hidup.

Konsep "desa mawa tata, nagri mawa ciri" yang menjadi prinsip mereka bukan retorika kosong. Ia diterjemahkan dalam tindakan nyata: menghormati budaya lokal sambil tetap bersikap terbuka terhadap perkembangan zaman.

Penelitian Koentjaraningrat (1984) tentang sistem nilai budaya Indonesia menunjukkan bahwa gotong royong adalah salah satu pilar utama identitas bangsa. Namun, studi terbaru Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI (2022) mengungkap bahwa nilai ini mengalami degradasi signifikan, terutama di kalangan generasi muda urban.

Festival Ngarot Lelea menjadi counter-narrative yang menyegarkan. Ia membuktikan bahwa generasi muda tidak selalu apatis terhadap budaya tradisional. Mereka hanya butuh ruang dan cara yang tepat untuk mengekspresikannya.

Yang menarik, festival ini tidak terjebak dalam romantisme masa lalu yang berlebihan. Mereka menggunakan teknologi modern untuk mempromosikan nilai-nilai tradisional. Media sosial dijadikan alat untuk menyebarkan semangat ngarot, bukan untuk pamer diri.

Seperti dalang yang mahir memadukan cerita klasik dengan isu kontemporer, SMKN 1 Lelea berhasil mengemas budaya tradisional dalam kemasan yang relevan dengan zamannya.

Prestise estetis yang mereka bangun bukan sekadar keindahan visual, melainkan keindahan makna. Setiap pertunjukan, setiap aktivitas, mengandung pesan moral yang dalam.

Solidaritas sosial yang terbentuk bukan karena paksaan atau kepentingan sesaat, melainkan karena pemahaman bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.

Integritas dalam memaknai warisan leluhur terlihat dari konsistensi mereka dalam menjalankan festival ini. Bukan event sekali jalan yang kemudian dilupakan, melainkan komitmen jangka panjang untuk melestarikan budaya.

Namun, pertanyaan besarnya: mengapa hanya segelintir sekolah yang melakukan hal serupa? Mengapa mayoritas institusi pendidikan masih terjebak dalam formalitas akademik yang kering?

Jawabannya mungkin terletak pada mindset kita yang sering memisahkan antara pendidikan dan budaya. Sekolah dianggap tempat transfer pengetahuan, bukan tempat pembentukan karakter berbasis kearifan lokal.

Festival Ngarot Lelea menunjukkan bahwa dikotomi itu salah kaprah. Pendidikan yang baik adalah yang mampu mengintegrasikan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual berbasis nilai-nilai budaya bangsa.

Mungkin saatnya kita belajar dari Lelea. Bukan hanya sekolah lain, tetapi juga kita sebagai masyarakat. Jangan-jangan selama ini kita terlalu sibuk mencari identitas di tempat yang salah?

"Warisan terbesar yang bisa kita tinggalkan untuk generasi mendatang bukanlah harta kekayaan, melainkan nilai-nilai luhur yang mampu membentuk karakter dan membangun peradaban."

Wallahu a'lam...

Arda Dinata, adalah Blogger, Peneliti, Penulis Buku dan Pendiri Majelis Inspirasi MIQRA Indonesia.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2023). Survei Sosial Ekonomi Nasional 2023: Modul Ketahanan Sosial. Jakarta: BPS.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI. (2022). Dinamika Nilai-Nilai Budaya Indonesia di Era Digital. Jakarta: LIPI Press.

Suparlan, P. (2019). Gotong royong sebagai modal sosial dalam pembangunan. Jurnal Antropologi Indonesia, 42(1), 15-28.

UNESCO. (2021). Intangible Cultural Heritage and Sustainable Development. Paris: UNESCO Publishing.

***

Dapatkan Informasi tentang: Dunia INDRAMAYU (wisata, bisnis, budaya, kesehatan, motivasi, wanita, opini, keluarga, dan psikologi) hanya di: https://indramayu.miqraindonesia.com/

Jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah ini dan mengikuti kami di saluran WhatsApp "ProduktifMenulis.com (Group)" dengan klik link ini: WhatsApp ProduktifMenulis.com (Group) untuk mendapatkan info terbaru dari website ini.

Arda Dinata adalah Kelahiran Indramayu, sehari-hari sebagai Penulis Aneka Media Online dan Penulis Buku, serta berprofesi sebagai Sanitarian Ahli & Penanggung Jawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Sekarang Nginep Ning Pangandaran - Jawa Barat.

www.ArdaDinata.com:  | Share, Reference & Education |
| Sumber Berbagi Inspirasi, Ilmu, dan Motivasi Sukses |
Twitter: @ardadinata 
Instagram: @arda.dinata
Telegram: ardadinata

Toko Sosmed
Klik Di Sini Melihat Koleksi Ebook Karya Arda Dinata Lainnya

A Group Member of:
Toko SosmedToko SosmedToko SosmedWWW.ARDADINATA.COMWWW.ARDADINATA.COMInSanitarianMIQRA INDONESIA


BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama