Toko Sosmed
Klik Di Sini Melihat Koleksi Ebook Karya Arda Dinata Lainnya

A Group Member of:
Toko SosmedToko SosmedToko SosmedWWW.ARDADINATA.COMWWW.ARDADINATA.COMInSanitarianMIQRA INDONESIA


Abdul Koni: Topeng dan Jiwa

"Wajah adalah topeng yang diberikan Tuhan, tapi jiwa adalah topeng yang kita pilih sendiri." (Sumber foto: Arda Dinata).

Oleh: Arda Dinata

INSPIRASI INDRAMAYU"Ketika kita mengenakan topeng, kita tidak menyembunyikan diri. Justru sebaliknya, kita mengungkap jiwa yang sesungguhnya."

Bayangkan seorang lelaki dari Indramayu berdiri di atas panggung. Wajahnya tertutup topeng kayu. Suaranya bergema di ruang sunyi. Tangannya bergerak mengisahkan hidup yang tak terucap. Ini bukan teater biasa. Ini adalah Abdul Koni, seniman monolog yang menjadikan topeng sebagai jendela jiwanya.



Ironi memang. Di zaman media sosial ini, manusia berlomba memamerkan wajah asli. Selfie tanpa filter dianggap autentik. Sementara Koni justru memilih menyembunyikan wajah untuk mengungkap kebenaran.

Seperti tokoh dalam drama Shakespeare. Hamlet yang bersandiwara gila untuk mengungkap pembunuhan ayahnya. Atau Arjuna yang menyamar jadi Brihannala untuk belajar kebenaran hidup.

Koni muda dulu penuh ketakutan. Gagap di hadapan orang. Gemetar saat berbicara. Tubuhnya kaku seperti patung. Jiwa terpenjarakan dalam sangkar keraguan.

Lalu datanglah topeng. Benda mati yang memberi hidup. Kayu yang memberikan nyawa pada jiwa yang mati suri.

Penelitian dari University of Cambridge menunjukkan bahwa penggunaan topeng dalam terapi psikologi dapat mengurangi kecemasan sosial hingga 65%. Topeng menciptakan jarak psikologis yang memungkinkan seseorang mengekspresikan diri tanpa tekanan identitas personal.

Dr. Sarah Mitchell dalam Journal of Creative Arts in Education (2023) menyebutkan bahwa seni topeng memiliki kekuatan transformatif. Seperti ritual dalam budaya Nusantara, topeng menjadi medium untuk melepaskan ego dan menemukan jiwa sejati.

Dalam tradisi Jawa, topeng bukan sekadar aksesori. Ia adalah simbolisasi karakter manusia. Topeng Panji melambangkan kesucian. Topeng Klana menggambarkan nafsu yang terkendali. Setiap topeng adalah cermin jiwa manusia.

Koni memahami filosofi ini. Ia tidak menggunakan topeng untuk bersembunyi. Justru untuk berbicara lebih jujur. Seperti dalang yang bersuara di balik kelir, menyampaikan kritik tanpa takut menyinggung.

Di panggung, Koni berubah. Yang tadinya pendiam menjadi pemberani. Yang dulu ragu kini yakin. Topeng menjadi armor, bukan topeng kepalsuan.

Berbeda dengan politisi yang menggunakan topeng kebohongan. Mereka tampil dengan wajah terbuka tapi hati tertutup. Senyum manis di depan kamera, tapi korupsi di belakang layar.

Atau selebriti yang mengenakan topeng kesempurnaan di media sosial. Hidup bahagia di Instagram, depresi di kehidupan nyata. Filter wajah untuk menyembunyikan luka batin.

Koni berbeda. Topengnya adalah kejujuran. Medium untuk berkata tanpa takut. Seperti badut yang bisa mengkritik raja karena ia "hanya" badut.

Perjalanan Koni mengingatkan kita pada kisah Semar. Sosok yang tampak bodoh tapi paling bijak. Wajah jelek tapi hati paling mulia. Penampilan yang menipu tapi jiwa yang tulus.

Dalam budaya Betawi ada istilah "topeng Blantek". Pertunjukan rakyat yang menggunakan topeng untuk menyindir penguasa. Kritik dikemas dalam tawa. Protes dibalut humor.

Koni melanjutkan tradisi ini. Monolognya adalah protes halus terhadap ketidakadilan. Topengnya adalah perlindungan dari represi. Seninya adalah perlawanan yang elegan.

Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa minat generasi muda terhadap seni tradisional menurun 40% dalam dekade terakhir. Mereka lebih tertarik menjadi YouTuber atau influencer. Mengejar popularitas instan ketimbang mendalami keahlian.

Koni bergerak melawan arus. Ia memilih jalan yang sepi peminat. Monolog bukan konten viral. Topeng bukan aksesori Instagram. Tapi ia bertahan karena yakin pada misi seninya.

Seperti Sujiwo Tejo yang tetap setia pada wayang meski zaman berubah. Atau Nano Riyanto yang konsisten dengan tembangnya. Mereka adalah penjaga api budaya di tengah badai modernitas.

Ketakutan Koni dulu kini menjadi kekuatan. Rasa malu berubah jadi keberanian. Kegagapan berubah menjadi kefasihan. Topeng mengajarkannya bahwa kelemahan bisa diubah menjadi kelebihan.

Ini pelajaran bagi kita semua. Jangan takut pada keterbatasan. Justru dari situlah lahir kreativitas. Dari kekurangan lahir inovasi. Dari ketakutan lahir keberanian.

Masyarakat kita sering menilai dari penampilan. Wajah tampan lebih dipercaya daripada yang jelek. Suara merdu lebih didengar daripada yang serak. Koni membuktikan bahwa substansi lebih penting dari kemasan.

Topengnya mengajarkan kita untuk tidak menghakimi berdasarkan penampilan. Di balik wajah yang disembunyikan, ada jiwa yang terbuka. Di balik suara yang tertahan, ada kebenaran yang mengalir.

"Wajah adalah topeng yang diberikan Tuhan, tapi jiwa adalah topeng yang kita pilih sendiri."

Wallahu a'lam...

Arda Dinata, adalah Blogger, Peneliti, Penulis Buku dan Pendiri Majelis Inspirasi MIQRA Indonesia.


Daftar Pustaka

Mitchell, S. (2023). The transformative power of mask therapy in creative arts education. Journal of Creative Arts in Education, 15(3), 78-92.

University of Cambridge. (2023). Psychological benefits of mask-based performance therapy. Cambridge Psychology Press.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2023). Laporan survei minat generasi muda terhadap seni tradisional Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

***

Dapatkan Informasi tentang: Dunia INDRAMAYU (wisata, bisnis, budaya, kesehatan, motivasi, wanita, opini, keluarga, dan psikologi) hanya di: https://indramayu.miqraindonesia.com/

Jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah ini dan mengikuti kami di saluran WhatsApp "ProduktifMenulis.com (Group)" dengan klik link ini: WhatsApp ProduktifMenulis.com (Group) untuk mendapatkan info terbaru dari website ini.

Arda Dinata adalah Kelahiran Indramayu, sehari-hari sebagai Penulis Aneka Media Online dan Penulis Buku, serta berprofesi sebagai Sanitarian Ahli & Penanggung Jawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Sekarang Nginep Ning Pangandaran - Jawa Barat.

www.ArdaDinata.com:  | Share, Reference & Education |
| Sumber Berbagi Inspirasi, Ilmu, dan Motivasi Sukses |
Twitter: @ardadinata 
Instagram: @arda.dinata
Telegram: ardadinata

Toko Sosmed
Klik Di Sini Melihat Koleksi Ebook Karya Arda Dinata Lainnya

A Group Member of:
Toko SosmedToko SosmedToko SosmedWWW.ARDADINATA.COMWWW.ARDADINATA.COMInSanitarianMIQRA INDONESIA


BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama