Belajar Pada Sebuah Batu
**
ALLAH berfirman, “Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103: 1-3).
Allah pertama kali mengatakan Wal-Ashr, demi massa. Dan ini adalah sumpah.
Para ahli tafsir mengatakan, jika Allah bersumpah dengan salah satu makhluknya, hal ini memiliki kedudukan sangat penting dalam struktur dan mekanisme kehidupan manusia. Pada konteks ini, Allah bersumpah dengan waktu, ini menunjukkan bahwa waktu memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia.
Allah mendefinisikan waktu dalam QS. Al-Mulk: 2, “Dia-lah yang menciptakan kematian dan kehidupan, ….” Dalam arti lain, waktu itu meliputi sebelum keberadaan kita di dunia (karena kita sebelumnya belum ada) dan selama kehidupan itu berlangsung.
Jadi, waktu itu sesungguhnya hidup itu sendiri. Yusuf Qordlowi mengatakan, Al-waktu huwal hayata, waktu adalah hidup itu sendiri.
Pada tataran demikian, kita menyadari bahwa hakekatnya kehidupan manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (baik fisik, material, rohani, spritual, politik, sosial, dan lainnya). Kemudian Allah membuat pengecualian, yaitu ada empat hal yang menyebabkan seseorang terbebas dari kerugian.
Pertama, orang-orang yang beriman. Iman berarti kebenaran yang kita pahami dan kebenaran yang kita yakini. Kebenaran di sini, menyangkut aspek rasional dan emosional. Jadi, iman yang menyeluruh baik pengetahuan (akal) maupun keyakinan (hati).
Kedua, beramal saleh. Yakni melakukan kebenaran yang telah dipahami oleh akal dan diyakini hati melalui ayat-ayat Allah.